skip to Main Content

Deutschland : The Nightmare in Berlin

Pernah tidak kepikiran bakalan terlantar di negara orang? hampir tidak punya tempat berteduh di tengah musim dingin. Mungkin tidak semua orang bakal berpikiran seperti itu. Apalagi di Eropa dimana semuanya teratur dan bagus.

Tiba di Berlin dengan ekspektasi ibukota Jerman ini ramah menyapa kami dengan hiruk-pikuknya sebagai kota metropolitan. Ternyata membuat menikmati indahnya malam di jalanan Berlin sambil bergegas menuju tempat yang sudah kami pesan untuk tinggal sebelumnya kami memesan sebuah kamar yang disweakan melalui website airbnb. Airbnb adalah website yang memungkinkan pemilik rumah menyewakan ruangan atau seluruh rumahnya dengan harga yang ia tentukan sehingga traveler bisa numpang di rumah tersebut. Rasa tak percaya adalah ketika pertama kami sampai di depan apartemen tersebut. Pintu kayu tua tepat berdiri didepan kami. Kami mencoba menghubungi si pemilik rumah menyampaikan bahwa kami sudah berada di depan rumah tersebut dengan memencet bel. Namun nihil tak ada jawaban darinya. Suasana yang sebelumnya tenang menjadi kacau. Kami terancam tidak punya tempat tinggal

Kami coba memencet bel tetangga rumah tersebut, dan kami dipersilahkan masuk (namun belum di dalam rumah ya walau dalam gedung yang sama). Kami coba jelaskan kepadanya bahwa kami menyewa kamar tetangganya. Lalu ia menjawab bahwa yang bersangkutan tidak pulang sejak beberapa hari terakhir. Jleb., suasana makin tidak tenang. Kami mencoba menghubungi orang tersebut bermodalkan wifi yang ada di situ namun sekali lagi nihil . Pesan whatsapp kami tidak terkirm. Kami kehabisan akal waktu itu malam sudah sangat larut sekitar jam 11.30 malam. Kami minta kontak keluarganya dari tetangganya tersebut dan terhubung dengan Ibunya. Sang Ibu bilang anaknya sudah beberapa hari tidak bisa dihubungi sang ibu bilang dia bisa datang ke esokan harinya karena sudah larut malam.

Jadilah kami gelandangan 😥. Pikiran kami sudah tidak ada yg tenang. Pukul 12.30 kami masih di tangga rumah itu yang gelap gulita. Kusarankan pergi mencari hostel terdekat karena tidak mungkin tinggal di tangga apalagi suhu udara semakin dingin. Bisa-bisa mati kedinginan.

Keesokan hari kami datangi rumah itu lagi dengan harapan si ibu datang. Namun perasaanku bilang si ibu tidak akan datang. Benar saja si ibu tidak bisa di hubungi, sang anak lebih gila pesan whatsapp yang dikirim Mbak Nanda masuk di HPnya namun hanya ia baca tanpa di balas. lengkap sudah kami di kibuli. 😰😱.

Kondisi Rumah

Seharian kami habiskan untuk mengurusi keadaan ini kami mengambil foto dari rumahnya, kami tempeli kertas di kotak suratnya (liar). dan di hostel kami coba melaporkan hal ini ke pihak airbnb.. pada akhirnya uang kamipun bisa kembali. Namun liburan kami serasa tidak bermakna lagi. dengan sisa sisa waktu di Berlin ya kami coba nikmati apa yang bisa dinikmati termasuk mampir ke toko cokelat terkenal di berlin yaitu ritter sport.

Metro berlin.jpg
Metro Station
Memorial to the Murdered Jews_.jpg
Memorial Monumen

pelayan.jpg

 

Born in Palu, grew in Palu, Malang, Porto.
Falling In Love with Photography,
Some of photo can be found at Instagram.com/ediutomoputra

Back To Top