skip to Main Content

Ramadhan : Tentang Bagaimana Kau Bersyukur

Ramadhan selalu ditunggu oleh seluruh umat muslim di dunia. Di Indonesia, ramadhan identik dengan menjamurnya penjual takjil dimana-mana. Lalu mulailah satu persatu jadwal bukber berdatangan. Tak ada yang salah dari semua itu namun beberapa dari kita lupa akan esensi Ramadhan itu sendiri.

Di era modern seperti ini, dimana social media sangat terbuka hampir tiap hari saya menemukan status seseorang yang intinya ” Makan apa untuk buka, dengan siapa berbuka, mengeluh soal puasa, atau banyaknya godaan katanya”. Sering pula kudapati orang yang jadi malas bekerja saat sedang puasa.

Ada pula yang terkesan balas dendam saat berbuka puasa. Bagaimana tidak mereka menyiapkan makanan yang mewah lalu lengkap dengan segala camilan-camilan pembuka itu. Bahkan kadangkala hampir semua menu takjil yang di jual di pinggir jalan tersedia diatas meja, namun mirisnya kadangkala makanan itu tidak habis dan malah berujung tempat sampah. Tak jarang pula mereka mengeluh, dan menyalahkan semua godaan-godaan yang ada mulai dari menyalahkan warung makan yang buka siang hari, menyalahkan keadaan.

Bagi saya puasa itu soal pengendalian diri dan pengendalian waktu, dengan demikian kita bisa mengontrol diri kita dan lebih disiplin. Secara scientific puasa terbukti membuat badan kita lebih sehat seperti yang dituliskan John F Trepanowski and Richard J Bloomer dalam tulisan mereka yang berjudul : The impact of religious fasting on human health (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2995774/). Tapi apa kenyataannya dilapangan ada pula yang mengeluh “Lebih mudah diet di luar bulan ramadhan dibanding ramadhan”. Apa artinya? bukan sehat yang di dapat tapi malah kebalikannya badan tambah gembrot.  Ini bisa jadi pengaruh kebiasaan yang saya ungkapkan sebelumnya. segala jenis makanan di masukkan karena nafsu yang begitu menggebu. Bayangkan saja seharian kita mengontrol kalori yang masuk ke tubuh namun seketika dalam jumlah banyak kalori kembali dimasukkan kedalam tubuh dan tak digunakan beraktifitas fisik malah kadangkala hanya di pakai tidur.

Lalu soal makanan, bukankah seharusnya saat puasa kita bisa berhemat? namun nyatanya beberapa keluarga malah mengeluhkan meningkatnya pengeluaran untuk makanan, disamping harga sembako yang kadangkala naik perilaku boros kitalah yang menyebabkan hal ini. Pernahkah berfikir banyak keluarga diluar sana yang mungkin bagi mereka puasa dan tidak adalah hal yang sama karena keterbatasan makanan? sebagian ya dan sebagian mungkin tidak. Lalu kau masih mengeluh makanan yang kau makan kurang sedap atau makanan yang kau inginkan tidak ada di meja makan.

Lalu saat puasa kau mengeluh terlalu banyak cobaan dan godaan. Tidak pernahkah berfikir bagaimana muslim di belahan bumi lain berpuasa? 2016 saya pernah menghabisakan bulan ramadhan saya di kota Porto, Portugal. Kala itu durasi puasa di sana adalah sekitar 17 jam karena bertepatan dengan musim panas. Durasi yang cukup panjang tersebut tidak membuat saya mengeluh. Aktifitas saya seperti ke kampus berlangsung dengan baik dan saya nikmati. Bahkan saya sering berjalan kaki dari rumah ke kampus yang jaraknya sekitar 3km. Intinya Allah sudah memberi situasi yang sesuai dengan kemampuan kita maka bersyukurlah.

Born in Palu, grew in Palu, Malang, Porto.
Falling In Love with Photography,
Some of photo can be found at Instagram.com/ediutomoputra

Back To Top