skip to Main Content

Tentang Paris dan yang Tak Pernah Orang Ceritakan Padaku

Paris mungkin bagi hampir semua orang punya daya tarik luar biasa bak magnet kuat yang menarik mereka untuk berkunjung ke sana. Bagaimana tidak kota ini punya Eiffel, menara paling iconic di eropa, dan juga romantis katanya. Winter 2015, waktu itu akhirnya saya mencoba membuktikan seperti apa Paris. Well mendarat dari Porto di Paris BVA (Beauvais–Tillé Airport), bandara dengan jarak tempuh hampir 1 jam dari pusat kota, tak semewah bandara utama di Paris tentunya. Well di bandara ini serasa di desa, bebas keramaian bahkan selama perjalanan dari bandara hamparan padang hijau terlihat.

Sejenak saya kagum dengan Paris, namun itu tak berlangsung lama. Dunia bawah tanah Paris, tak seindah permukaannya. Saat memasuki stasiun Metro terdekat dari tempat pemberhentian bis saya di suguhi aroma aneh dari stasiun tersebut, mungkin orang akan berpikir kalau fasilitas umum di Paris akan kinclong seperti baru. Nyatanya tidak, mesin tiketnya pun sudah tua, dan tak semodern mesin ticketing di Porto.

Baca Juga : Porto dan alasan harus kesana

Bagi yang pertama kali ke paris, saran saya jangan mudah pernah percaya pada orang yang berlagak sebagai petugas yang membantu anda untuk membeli tiket. Sudah terlalu banyak korban dari mereka termasuk saya.

Modus mereka adalah berpura-pura membantu kalian terutama orang yang terlihat kebingungan, mereka terlihat ramah saat membantu. Waktu itu saya dan beberapa teman ingin membeli tiket metro 24 jam dan saat kami ingin membayar menggunakan kartu debit kami ia tiba-tiba bilang itu tidak belaku, dan membelikan tiket kami menggunakan kartunya. Well kami percaya (maklum percaya kalau orang eropa baik-baik), dengan cekatan ia memencet-pencet tombol di mesin sekilas terlihat ia membelikan tiket yang kami inginkan dengan harga sekitar 20Euro, namun ternyata tidak. Tiket yang diberikan kepada kami adalah tiket sekali jalan dan parahnya itu reduced fare, untuk bayi. Kami menyadarinya saat tiket itu sudah tidak bisa di pakai lagi untuk masuk metro. Untungnya, tak ada petugas razia saat kami memakai tiket tersebut. Jika tidak, bisa saja sudah apes tertimpa tangga pula karena menggunakan tiket yang tidak sesuai dan akhirnya harus bayar denda.

Terlepas dari hal tersebut, ternyata masih ada aksi-aksi lain yang mungkin kalian tidak sangka di dalam metro Paris. Di Metro Paris, tak jauh beda menurut saya dengan transjakarta 😁, sama sama berpotensi copet. Teman saya adalah korbannya, saat itu kami masuk metro, di metro kondisi tidak terlalu ramai, namun dari belakang ada seorang anak perempuan usia remaja mendesak desak masuk kami. well sepersekian detik kemudian teman saya sadar dan berbalik lalu mengambil dompetnya di tangan anak itu lalu berteriak “hey you what are you doing with my wallet” dengan nada marah. lalu orang-orang di sekitarnya anehnya tidak bertindak apa-apa, beberapa detik kemudian pintu metro tertutup dengan posisi si perempuan ternyata masih diluar metro. Untungnya dompet berhasil direbut kembali. Teman saya begitu shock, bagaimana tidak selama di Polandia ia tidak pernah mendapati kejadian seperti itu namun di Paris, baru sehari saja ia hampir kehilangan dompetnya.

Saya akui  paris memang indah, punya banyak misteri. Namun mungkin tidak begitu romantis sepertinya, maklum saja saya jomblo jadi tak begitu tahu tentang romantis atau tidak 😄. namun saya sepertinya belum jatuh cinta kepada kota ini. Paris bukanlah tempat tenang. Seperti kebanyakan Ibukota, Paris sangat ramai turis dimana-mana bahkan kalian akan dengan mudah bertemu dengan orang Indonesia di Paris, sampai sampai penjual souvenir pun bisa berbahasa Indonesia, dengan gayanya menawarkan gantungan kunci “ayo-ayo kawan, 1 euro 5, 1 euro 5″ langsung saja waktu itu saya tawar jadinya 1 euro saya dapat 7 buah gantungan kunci Eiffel, Lumayan lah. Ada lagi yang tidak kalah asing bagi penduduk jakarta mungkin, saat malam di bawah tanah (stasiun metro) banyak para homeless yang tidur di kursi-kursi  tunggu kereta, dan bahkan salah satu teman saya penah bilang kalau dia ketemu kotoran manusia di salahsatu pojokan lorong-lorong bawah tanah tersebut.

Bagi saya Paris banyak mengajarkan tentang kepercayaan, dan kewaspadaan. Tidak semua kota di Eropa itu friendly. kalau di suruh ke Paris lagi mungkin saya akan memilih kota lain, Paris begitu ramai dan saya tidak terlalu suka. ah iya satu lagi, tidak semua orang perancis bisa bahasa inggris, waktu itu saya makan di restauran Vietnam, dan mereka sama sekali tidak menjawab kami dengan bahasa inggris ☹. Alhasil kedua belah pihak berkomunikasi dengan bahasa tubuh 😄.Anyway kalau mau memilih penginapan, bagi saya worth itu di pinggiran kota, waktu itu saya menginap di St.Christopher Hostel. Dapat free breakfast, terus hostelnya di pinggiran sungai yang tenang dan indah.

Born in Palu, grew in Palu, Malang, Porto.
Falling In Love with Photography,
Some of photo can be found at Instagram.com/ediutomoputra

Back To Top