skip to Main Content

From Palu to Porto

Bagi anak yang lahir kota kecil seperti saya, eropa itu glamoramazing, and awesome. Bahkan saya tidak pernah terpikir sebelumnya bisa ke eropa secepat ini. well mungkin ini sudah jalan yang di berika Allah untuk saya, setidaknya bisa icip-icip rasanya hidup jauh dari Indonesia.

Bukan tanpa alasan saya pergi ke Porto, orang sering bertanya. “hey, ngapain kesana? mau main bola? ketemu sama Ronaldo? dll” lalu kujawab saja “ya mau ketemu sama Ronaldo kalo dia lagi dirumah”. Nyatanya setelah di Porto ketemu saja tidak bisa 😁. Bahkan kampung halaman Ronaldo di Pulau Madeira lumayan jauh, dan paling penting kesana itu mahal.

12H :-D long way #longtrip

A post shared by Edi Utomo Putra (@ediutomoputra) on

Istanbul, Turki persinggahan pertama setelah 12 jam melayang-layang di udara. Tiba di sana yang pertama kali saya rasakan adalah “woh saya sudah tidak di Indonesia lagi, then i can’t speak Indonesian anymore”.

Di Istanbul Attaturk, saya sudah kehilangan orang-orang Indonesia, bagaimana tidak hiruk pikuk manusia yang lalu-lalang begitu banyak, bahkan bandara ini seperti tidak pernah sepi. orang-orang entah dari asia, eropa atau afrika semuanya ada. Satu hal bodoh yang saya lakukan di sana ialah, membeli air mineral dengan harga 10 Euro (sekitar 150ribu rupiah). Rasa dahaga yang tak bisa saya tahan dan tak punya persediaan air minum penyebabnya. Jadi, di sana saya membeli 2 botol air mineral lalu saya bayar menggunakan uang 10 euro, karena si penjual tidak punya kembalian, alhasil bukan di tukar dengan turkish lira malah diberikan air tawar lainnya dalam bentuk kaca dan sialnya air tersebut bersoda, dengan lidah kampung seperti saya masih belum terbiasa dengan minuman seperti itu alhasil malah jadi mubazir 😥. Jadi, pastikan bayar dengan uang pas kalau mau beli di bandara ini.

4 botol Air seharga 10 Euro
4 botol Air seharga 10 Euro

Saya tiba di Porto saat itu sudah sore, sekitar jam 4 sore namun matahari masih terang benderang. Tiba di sana saya di sambut 3 orang teman yang bahkan sebelumnya belum pernah bertemu langsung ya mereka adalah mbak Nanda, Vivin, dan Bagas. Mereka juga merupakan mahasiswa yang sedang melakukan student exchange ke Porto.

Rasa Letih lesu dan lunglai seakan hilang ketika melihat pemandangan kota ini untuk pertama kalinya, setelah tiba di rumah (apartemen yang saya sewa). Mereka muncul lagi 😆. Sayapun mau tidak mau langsung tidur setelah sedikit observasi dengan rumah tersebut.

Kamar pasca bongkar muatan koper

Namanya juga anak kosan kamarnya juga yah lumayan seadanya, anyway harga sewa perkamar di sini sekitar 160 Euro belum termasuk Listrik dan Air. Kalo di total sih maksimal bisa 200-250 euro tergantung pemakaian 😀.

Pemandangan Pagi Hari dari kamar

Porto Menurut saya unik, masyarakatnya sangat ramah, bahkan menurut saya kuat-kuat. Nenek-nenek di sini saja masih mampu berlarian mengejar bis. Suasana di kota ini begitu tenang bahkan bagiku semua tempat itu menarik dan punya keunikan sendiri. contohnya Rua Santa Catarina, jalanan ini sangat ramai saat week end dan sore hari banyak turis dan penduduk lokal yang lalu lalang. wajar saja banyak hal yang bisa kita tamukan di sini, mulai dari pusat perbelanjaan, pedagang kaki lima, restoran, dan pekerja seni juga ada.

Suasana Rua Santa Catarina yang cukup ramai setiap hari

Born in Palu, grew in Palu, Malang, Porto.
Falling In Love with Photography,
Some of photo can be found at Instagram.com/ediutomoputra

Back To Top