Well, it is been a while since I update my blog post 😅. I think…
Winter Kedua di Perantauan
Kalau bagi sebagian orang yang belum merasakan winter, mungkin winter terlihat begitu indah. Warna putih meyelimuti seluruh permukaan tanah dan berkhayal bisa bermain bola salju atau bahkan membuat si boneka salju. Nyatanya winter tak seindah itu 😅.
Seumur hidup saya baru merasakan winter 2 kali (dua musim penuh). Winter pertama saya waktu itu di Porto, Portugal sedang yang kedua di kota yang terkenal via film Train to Busan atau Black Panther. Winter itu musim yang kadang-kadang bikin galau dan ribet. Ke mana-mana perlu jaket yang lumayan tebal. Oh iya di Winter nyatanya tidak semua tempat kebagian salju. Busan dan Porto misalnya, salju itu adalah hal yang jarang di temui di kota ini, kalaupun ada salju yang turun pun kadang tak begitu banyak. Tapi mungkin kali ini saya bisa di katakan beruntung, hujan salju terlebat di Busan tahun ini bisa saya nikmati walau pun hanya sebentar.
Winter itu waktu dimana seluruh sudut kota bisa menjadi kulkas dadakan dan kamu tidak perlu khawatir kalau buah-buahan atau sayuran kamu tidak segar lagi 😁. Cukup letakkan di luar jendela maka makanan akan bertahan lama. Winter juga bisa jadi musim termalas di dunia bagi saya, cuaca dingin yang bikin mager dan pengen menutup semua sudut kamar.
Di Porto winter itu jarang menyentuh suhu di bawah 0°C tapi ada yang menantang di sana. Rumah Tempat tinggal saya atau rata-rata rumah orang portugis yang belum begitu modern tidak memiliki Heater secara sentral atau bahkan heater mereka tidak terlalu bagus. Di tempat saya misalnya heater yang ada hanyalah heater portable sebesar koper ukuran 20 inch, di tambah lagi lapisan dinding rumahnya tidak begitu bisa menangani dingin. Alhasil saat winter kadang-kadang suhu udara diluar dan di dalam rumah itu bisa sama selimut tebal pun tak berguna saya harus tidur dengan lapisan kaos kaki tambahan
Baca juga : Porto dan alasan harus kesana
Di Busan kamar dormitory saya sangat hangat 🤩 heater berfungsi dengan baik. Tapi jujur saja winter di Busan lebih dingin dari Porto. Rasanya kaya mau beku dan jadi es. Kalau buka pintu kamar pengen cepat cepat langsung di tutup lagi. Di tambah salju yang nggak ada rasanya nyesek. Sambil bergumam dalam hati, “ini mah kalau di foto orang ga bakal percaya kalau saya kedinginan dan tangan kaya membeku”.
Winter dan salju itu Indah. Perpaduan serasi kaya kamu dan aku *eh baper 🤣. Bagi saya melihat salju dalam jumlah besar itu perlu perjuangan Tahun 2016 misalnya saat saya di Porto, saya perlu pergi melintasi batas negara hanya untuk menikmati salju yang tebal dan dingin. Manzaneda, Spanyol, tempat dimana saya benar-benar menikmati apa itu salj, memeluk olaf atau bergaya di hamparan putih di bawah pohon pinus 😅.
Baca Juga : Jeju Island : Mission Failed
Sejujurnya cuaca dingin membuat saya tersadar betapa hebatnya manusia dalam beradaptasi, apalagi Sang Pencipta yang membuat semua ini. Kadang kala di Indonesia saya sering mengeluh panas. Ya, memang kota tempat tinggal saya cukup panas rata-rata bisa menyentuh 30°C. Di sisi lain bagaimana orang-orang yang tinggal di tempat yang dingin ini, mereka tinggal di suhu yang sangat dingin bahkan kadang kala saya pun merasa tidak mampu lagi berjalan keluar saking dinginnya suhu sekitar.
Ada satu hal yang selalu membuatku sedikit sedih tentang winter dan salju. Kadang kala ibu saya bertanya “Kapan ya mama bisa main salju juga?” well mungkin akan ada saatnya saya membawa beliau “meninggalkan” tempat nyamannya di kampung halaman sambil menikmati indahnya sisi lain dunia ini.